Kamis, Januari 29, 2009

Investasi Politik Prabowo

“Maju tak gentar, membela yang benar, bersama PKB...

Cobloslah PKB.”

“Platform kita adalah demokrasi...

Melalaui Golkar baru, kita bersatu untuk maju...”

“Inggat 7 Juni 1999. Buka kertas suara. Lihat kekiri atas. Banteng kekar dalam lingkaran bulat, mulut putih. Coblos nomor 11: PDI Perjuangan.”

Itulah pesan iklan tiga partai politik di TV swasta, sebagian dari kampanye politik mereka untuk memenangkan pemilu tahun 1999. Unsur terpenting dari iklan-iklan politik di TV tersebut adalah slogan, jargon politik, logo partai yang semuanya memberi kesan miskin gagasan. Tidak jaughberbeda dengan kecap (Deddy Mulyana, 1999:97).

Iklan sebagai salah satu senjata media massa saat ini bukan lagi sebagai medium untuk menawarkan dan menjual produk dan jasa kepada konsumen. Lebih jauh iklan dijadikan sebagai instrument untuk memperindah agenda politik dalam ranah demokrasi khusunya di Indonesia. Penanaman citra positif menjadi langkah para elit politik untuk mempengarui para konsumen (masyarakat). Apalagi menjelang pemilu legislative dan presiden 2009. Media massa cetak dan elektronik diserbu oleh para tokoh politik. Tak terkecuali propaganda politik calon presiden Prabowo Subianto yang dituangankan dalam berbagai iklan politik.

Staretegi iklan yang dilancarkan Prabowo saat ini bisa dibilang suatu investasi politik (politic investation). Mengusung bendera Gerinda (Gerakan Indonesia Raya), Prabowo mulai menanamkan brand image positif bagi masyarakat Indonesia. Untuk pemilu 2009 kemungkinan Prabowo untuk terpilih menjadi Presiden sangatlah kecil. Tapi untuk empat atau delapan tahun yang akan datang perangkap massa yang dibentuk melalui iklan politik saat ini akan membuahkan hasil mengejutkan. Pasalnya, melalui dukungan media massa Prabowo ingin merebut hati masyarakat dengan iklan politiknya. Masyarakat secara tidak sadar telah dihipnotis oleh program-program yang dicanangkan Prabowo dalam iklan politiknya saat ini.

Mengapa pemilu 2009 peluang Prabowo menjadi presiden sangat tipis? Hal ini sangat beralasan karena popularitas Susilo Bambang Yudoyono saat ini sedang di atas angin. Citra positif SBY begitu mendukung untuk terpilihnya kembali menjadi presiden untuk periode 2009-2014. Banyak kalangan menilai performa SBY dianggap mampu menjawab tantangan ekomomi maupun politik saat ini walaupun beberapa kebijakannya banyak menuai protes. Sedangakan rival SBY dari partai PDI-P Megawati Soekarno Putri juga bisa menjadi kerikil tajam dalam langkah Prabowo dalam menapak kursi presiden.

Kembali pada investasi politik yang dilancarkan Prabowo. Sejurus memang agenda-agenda yang di usung Prabowo memihak pada rakyat dengan ekonomi menengah ke bawah. Namun di balik semua itu memunculkan beragam pertanyaan tentang kapasitas dan kemampuan Prabowo dalam menata masyarakat Indonesia. Dengan latar belakang TNI apakah dia memiliki kecakapan dalam mengurusi masalah pertanian, kelautan, hutan, dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan tantangan yang harus dijawab oleh prabowo dengan bukti yang realistis.

Disamping itu, masa lalunya yang terbelit dengan berbagai kasus HAM dimasa Orde Baru juga merupakan bumerang bagi Prabowo untuk duduk di singasana kepresidenan. Banyak masyarakat yang antipati dengan sosok Prabowo, khususnya para keluarga korban penculikan, penembakan, dan pembunuhan aktivis pada masa Orde Baru. Peliknyanya masalah yang harus dihadapi oleh Probowo menjadi jalan terjal yang harus dilewati. Namun dengan iklan politik yang positif akan mampu memoles kesalahan-kesalahan Prabowo pada masa lalu. Sejatinya, pada masa Orde Baru boleh saja peluru dan bedil menjadi senjata Prabowo dalam menumpas lawan-lawannya. Namun masa reformasi ini adalah momentum yang sangat berharga bagi Prabowo untuk menggunakan iklan politik sebagai senjata dalam menerabas lawan politiknya. Kita tunggu saja kiprahnya pada pemilu 2014 atau 2018.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar